Jumat, 22 Juni 2012

Anak & Media : Perang "norma" antara Gokaiger melawan Larva


Pada saat ini, media untuk anak sudah berkembang cukup pesat. Dari buku cerita, kartun, acara tv, sampai film bioskop tersedia dan mudah diakses semua. Nah, acara tv salah satunya ada Gokaiger. Pasti pada tahu power rangers sang pembela kebajikan kan?? Nah, kalo gokaiger ini bisa dibilang Power Rangers versi jepangnya. Mungkin banyak yang belom tau, habis, film ini harus donlod sendiri atau nggak beli dvd-nya di tempat terdekat dan belom pernah masuk tipi indonesia. Jadi, buat yang penasaran kaya gimana, Ini nih penampakannya :

Salah satu media anak yang lain ada film animasi, atau yang biasa dibilang kartun sama kebanyakan orang. Sekarang ada kartun yang lagi naik daun, judulnya Larva. Larva itu ceritanya tentang 2 cacing yang bersahabat dan mereka suka ngelakuin hal yang aneh – aneh yang buat penonton jadi gemes sendiri. Buat yang belom tau kayak gimana, ini nih penampakannya :




 PERBANDINGAN

Data Umum
Jenis    : Film
Judul   : Kaizoku Sentai Gokaiger Episode 32
Durasi : 24 menit 58 detik
Jenis    : Animasi
Judul   : Larva episode 2 - Bee
Durasi : 1 menit 54 detik
Penyampaian Content
Film fantasi pahlawan anak – anak.
Film animasi mengenai 2 cacing yang bersahabat
Content
Bercerita tentang ranger hijau yang membuat senjata baru, bekerja sama dengan teman.
Cerita tentang 2 sahabat larva yang mengambil madu milik lebah tanpa izin.
pelajaran yang bisa diambil
·         Bagaimana kita harus percaya dengan kemampuan sendiri
·         Bagaimana kita percaya dengan teman
·         Bagaimana kita membantu teman
·         Bagaimana kita bekerja sama dengan teman
·         Kesetaraan gender antara laki – laki dan perempuan
Setiap hal yang kita lakukan pasti aka nada dampaknya pada orang lain, dan ketika kita merugikan orang lain maka terdapat karma yang akan membalas.
Sasaran
·         Semua umur, namun lebih cocok untuk usia anak akhir keatas, karena adegan yang sedikit keras.
·         Baik laki – laki maupun perempuan cocok untuk menonton acara ini, karena diajarkan kesetaraan gender, dimana sebagai anak perempuan, juga harus kuat.
·         Semua umur, namun tidak cocok untuk anak anak, meskipun gambarnya yang lucu
Pengemasan media
·         Nilai yang ingin disampaikan mudah untuk diserap, namun adegan – adegannya yang sedikit keras
·         Adegan yang keras tapi tidak “keras”, dalam artian minim sekali keluarnya darah dari tubuh.
·         Sudah sesuai dengan tujuan yang dituju


·         Nilai yang tersirat cukup susah bila dicerna sendiri oleh anak – anak.
·         Adegan yang ada cukup keras, meskipun dikemas dalam bentuk yang lucu
Teori yang relevan
Anak masih berada pada tahap operasional konkret, sehingga lebih mudah mengajarkan anak dengan model. (Piaget, dalam Santrock, 2004) sehingga ketika ada contoh yang bisa ditiru dari media, anak cenderung lebih mudah menirunya.



















































Setelah kita bandingkan dua film diatas, bisa dilihat meskipun gokaiger itu menunjukkan sedikit kekerasan, tapi esensi yang mau disampaikan itu mudah untuk dicerna untuk anak – anak, lagipula kekerasan yang terjadi di film gokaiger bertujuan untuk hal yang baik, yaitu untuk melindungi bumi serta teman – temannya. Sedangkan kalau animasi larva, meskipun gambarnya lucu dan ngegemesin, tapi nilai yang diajarkan kurang baik, seperti yang ditulis diatas, di film larva, secara tidak langsung kita diajarkan untuk usil dan jahil terhadap teman sendiri, dan diajarkan untuk mengambil hak orang lain, meskipun pada akhirnya hukum karma itu berlaku.



Kalau saya lebih suka dengan gokaiger, karena pesan – pesan di tiap episodenya pasti bermacam – macam. Ga Cuma berhubungan dengan teman saja, tapi ada yang tentang orangtua, ada tentang guru, peduli dengan pentingnya bumi yang bersih, ataupun tentang peduli dengan orang lain. Menurut saya kekerasan dalam gokaiger masih bisa ditolerir, karena memang masih wajar saja. Nah, kalau kartun Larva, menurut saya juga menarik tapi di setiap episodenya masih mirip – mirip tipis nilai yang mau disampaikan sama pembuatnya, misalnya di episode yang satu dia ngusilin temennya sendiri, tapi di episode yang lainnya dia ngusilin orang lain. Menurut saya larva terlalu monoton, dan cukup untuk membuat bosan.  


Saya menyarankan untuk menonton keduanya, karena memang kedua – duanya memiliki nilai – nilai yang cukup baik, namun jangan lupa ketika anak nonton, harus ditemani sama oraangtuanya loh yaa, biar ga salah tangkep makna film-nya.



Senin, 11 Juni 2012

Wisata Ritual Gunung Kawi




Salah satu fenomena di Indonesia yang cukup menarik untuk dibahas adalah fenomena pencarian berkah yang ada di gunung kawi. Baru beberapa minggu lalu, saya melakukan penelitian di gunung kawi, dan menemukan sebuah hal yang menarik untuk dicari jawabannya, yaitu tentang motif dari orang – orang yang mengunjungi.
Penelitian yang saya lakukan di Gunung Kawi menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam menggali data, saya menggunakan observasi dan wawancara. Dalam memilihi informan, saya menggunakan purposive sampling, atau bisa disebut dengan sampel bertujuan.
      Subjek yang menjadi informan utama berasal dari Bromo, ia mengatakan bahwa ia sudah sering berziarah ke gunung kawi. Ia mengatakan bahwa jika ingin mendapatkan berkah, kita harus berziarah sebanyak 7 kali selama 7  bulan berturut turut, dan setiap kali berziarah harus mengelilingi pesarean sebanyak bilangan ganjil, baik itu sekali, 3 kali, ataupun 7 kali. Selain berziarah, ia mengatakan cara lain untuk mendapatkan berkah adalah dengan memberikan bungkusan atauoun besek yang berisikan bunga, bungkusan, uang, dan menyan. Setelah besek yang dibawa diberikan kepada penjaga, nantinya bungkusan itu di kembalikan, dan bisa kita simpan ataupun digantung di manapun, katanya bungkusan itu berfungsi untuk memancing rejeki. Ada juga subjek tambahan saya, ia mengatakan bahwa ia berasal dari pujon, ia mengatakan bahwa ia sudah sering berziarah ke wisata ritual gunung kawi semenjak ia masih gadis hingga sekarang ia sudah punya cicit. Ia percaya akan kekuatan mistik gunung kawi semenjak diajak oleh ibunya ketika ia masih gadis, dan ia-pun merasakan bahwa kekuatan pembawa rezeki itu memang ada dan sangat manjur. Menurutnya kekuatannya akan lebih efektif ketika berziarah pada saat kamis wage, atau malam jum’at kliwon. Namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, tidak adanya petunjuk tahapan atau tata cara pelaksanaan dari pelaksanaan ‘wahana’ ritual yang terdapat di wisata ritual gunung kawi, sehingga menyebabkan distorsi pemahaman dari para pengunjung, sehingga mereka cenderung untuk mengikuti alur sesuai dengan apa yang banyak diomongkan oleh masyarakat.

      dapat dilihat bahwa motif yang digunakan oleh para pengunjung wisata ritual gunung kawi adalah motif integrasi personal, karena kebanyakan dari mereka memiliki motif untuk kepentinggan diri sendiri. Dari informan – informan yang saya dapatkan, dapat saya lihat bahwa common sense masyarakat terhadap kekuatan magis gunung kawi sangat berperan dalam membantu dalam memotivasi masyarakat dalam hal mencari berkah. Hal ini juga diprakarsai oleh budaya kejawen, yaitu berziarah yang memang sudah sangat kental merasuk ke dalam masyarakat sekitar. ada informan yang mengatakan bahwa berziarah ke wisata ritual gunung kawi bukanlah sebuah perilaku musyrik, karena pengunjung datang, diibaratkan berusaha untuk mendapatkan berkah. Masyarakat sekitar pun mendukung tercapainya motif dari para pengunjung dengan menjual besek ziarah di sekitar pesarean, pengunjung diberikan fasilitas untuk berziarah, Pengunjung dengan leluasa mendapatkan besek ataupun perlengkapan lain, dikarenakan harga – harganya yang dapat dikatakan cukup terjangkau oleh pengunjung.
      Jika ditinjau dari teori kebutuhan (Hierarchy of Needs) milik Abraham Maslow, fenomena yang terjadi di wisata ritual gunung kawi sebagian besar masih berada pada tingkatan pertama, kedua,dan ketiga dari teori kebutuhan Maslow. Kebanyakan orang mengunjungi untuk mendapatkan berkah. Berkah dapat dikaitkan dengan rezeki, dan rezeki itu sangat identik dengan kesejahteraan. Ketika masih banyak orang yang mengunjungi gunung kawi dengan motivasi mencari rezeki, dapat kita lihat bahwa kesejahteraan masyarakat masih rendah. Fenomena ini dapat masuk ke tahap kedua juga, karena ada pengunjung yang berziarah untuk mendapatkan perlindungan, dengan harapan dapat merasakn perasaan yang aman. Fenomena ini dapat masuk dalam tahap ketiga karena banyak pengunjung yang mendatangi wisata ritual gunung kawi untuk diperlancar dalam mencari jodoh. Fenomena ini dapat masuk kedalam tahap keempat karena ada pengunjung yang memohon untuk diperlancarkan dalamn masalah karir, ataupun status sosial. Fenomena ini juga dapat masuk ke tahap kelima dikarenakan ada pula pengunjung yang sengaja berziarah, dikarenakan sudah menjadi passion dia untuk berziarah setiap bulannya. Pengunjung yang berada dalam tahap ke lima memiliki alasan yang sedikit irasional, biasanya ketika mereka tidak mengunjungi makam mbah Jugo, maka ada sesuatu yang dirasa kurang olehnya.
     Jika fenomena ini ditinjau dari segi psikologi perkembangan, informan utama yang saya dapatkan berada pada tahap dewasa awal. Dalam ilmu psikologi perkembangan, perkembangan kognitif yang terjadi pada tahap dewasa awal adalah Post-Formal Reasoning, dan yang sangat kental dalam fenomena ini adalah ciri Pragmatism dan Awareness of Paradox. Pragmatisme dapat dilihat dari segi bangaimana mereka berusah mencari berkah setelah mereka sadar bahwa, mereka ingin mendapatkan rezeki yang lebih, sehingga mencari jalan yang lebih singkat, dengan memohon rezeki di pesarean. Sifat pragmatis ini-pun dapat berkaitan denga konsep Awareness of Paradox, artinya ialah ia sadar akan resiko ketika ia tidak berusaha berziarah, ia akan mengalami kesusahan dalam hidup, maka dari itu ia mencoba untuk merubah nasibnya.
      Namun jika melihat kondisi informan sekunder, ia berada pada tahap dewasa akhir. Dalam tahap dewasa akhir, seseorang cenderung untuk tidak berpikir secara pragmatis. Dalam tahap ini seseorang sudah sangat susah untuk menerima informasi baru, dan ini terbukti ketika informan menceritakan “romantisme” masa lalu yang ia alami semenjak ia masih gadis, hingga kini ia memiliki cicik, hal ini menandakan bahwa Long Term Memory ( LTM ) lebih aktif dibandingkan dengan Short Term Memory ( STM ), karena ia bertanya berkali – kali asal saya. Jika kita melihat konsep LTM, yang berada dalam LTM adalah emosi dan kepercayaan. Maka dari itu biasanya pengunjung – pengunjung yang berada pada tahap ini, biasanya terletak dalam tahap kelima dari teori kebutuhna Maslow.